Bulan kemarin tepatnya bulan oktober kemarin negara tercinta Indonesia tertimpa bencana. Tidak tanggung-tanggung dalam satu bulan itu terdapat empat bencana alam yang pertama bencana banjir bandang di waisor papua, kedua tsunami di mentawi sumatra, ketiga ibu kota selama satu hari tenggelam, keempat merapi meletus.
Ini semua adalah peringatan dari sang Pencipta untuk bangsa ini yang mungkin peminpin negara ini yang tidak bisa memegang amanahnya sebagai seorang pemimpin. Bisa juga rakyatnya yang telah banyak berbuat dosa sehingga banyak fenoma alam yang membawa bencana.
Gambaran yang paling jelas kemarin saat musibah bencana alam ini terjadi anggota dewan negara tercinta ini secara diam-diam pelesir kemilan dan yunani hanya katanya untuk studi banding yang menelan dana hingga trilyunan rupiah. Mungkin saja hati mereka tidak peka terhadap kondisi negaranya, mereka lebih peduli kepada kepentingan kesenangan mereka sendiri. Saya hanya bisa mengelus dada jika sudah begini.
Yang lebih mengenaskan lagi saat saya mendengar berita gempa yang di mentawai. Pada awalnya dengar diberita pukul 21.30 telah terjadi bencana gempa dan kemungkinan terjadi tsunami. Namun saat berita disiarkan masih belum dilaporkan ada korban jiwa, tapi 2 hari setelah kejadian tersiar kabar bahwa ada tsunami yang meluluh lantakkan sebagian kepulauan di mentawai.
Berita ini juga bisa dibilang telat karena satu hari setelah ada kabar gempa mentawai ada bencana yang bikin geger yaitu ibu kota menjadi kolom renang paling besar se ASIA. Konyolnya lagi si gubenurnya malah bilang mengelak bukan banjir cuman genangan. Padahal ada daerah di jakarta yang dilaporkan setinggi satu meter. Mungkin klo g sampai tu kumis sang gubenur FOKE belum dibilang banjir ya. Pemimpin yang tidak patut dicontoh....
Setelah digegerkan dengan banjir di jakarta yang bikin puyeng (Bayangin saja pulang dari kantor jam berapa sampai rumah hingga pukul satu dini hari, wao..... fantastis sekali bukan) disusul dengan letusan gunung merapi. Beberapa hari dikabarkan aktifitasnya naik eh tiba-tiba meletus. Sang juru kuncipun wafat dengan mengemban tugas. Jarang sekali ada seorang yang benar-benar bertanggung jawab memegang amanah yang di titipkan kepadanya hingga nyawa menjadi taruhannya. Klo anggota dewan yang tidak pantas dihormati dan pemimpin mempunyai jiwa sang embah ini mungkin Indonesia mempunyai cerita yang lain lagi.
Selamat jalan Mbah marijdan engkau seorang yang benar-benar memberikan arti dalam tanggung jawab dalam menjalankan tugas. Semoga juga dari bencana-bencana yang kita hadapi ini membuka pikiran kita bahwa kita selama ini telah jauh dari rasa syukur atas pemberian sang Pencipta. Rasa iri terhadap suku lain dan kurang rukunnya antar pemimpin bangsa ini. Terlihat jelas jika suatu tindakan menghasilkan keberhasilan di akuinya sebagai tindakan mereka, jika tindakan itu menghasilakan kegagalan ramai-ramai untuk cuci tangan dan mencari kambing hitamnya.
No comments:
Post a Comment