Sunday, September 26, 2010

Berita itu Fitnah, Berita itu berisi Pandangan Negatif

Pemikiran ini berasal dari pemikiraan saya sendiri, yang akhir-akhir ini jika melihat berita di televisi kok jadi kayak ajang gosipnya dari pada fungsinya itu sendiri. Menurut saya berita itu memberikan informasi yang tidak diketahui oleh kalayak banyak, yang isinya berimbang tidak memihak, dan bukan berdasarkan opini saja melainkan berdasarkan fakta yang ada.

Beberapa hari ini melihat berita, bukan memberikan informasi yang berdasarkan fakta yang terjadi malah kebanyakan adalah opini-opini yang dimunculkan oleh para pencari berita. Jadi pertanyaan dalam benak saya apakah mereka ini sudah kehabisan berita yang akan dimuculkan, sehingga memunculkan isu-isu yang menurut saya bukan mementramkan si penerima berita melainkan memunculkan keresahan.

Misalnya pagi ini saat melihat berita pagi disalah satu televisi yang memberitakan masalah biaya baju seorang presiden yang bisa satu tahunnya bisa menghabisakan dana sekitar 800 juta. Klo bener tu menggunakan dana rakyat yang kebangetan lah klo tu dana yang dipake adalaha dana dia sendiri bukannya menjadi suatu fitnah, apalagi si reporter melakukan penusuran kepada toko penjahit yang menjadi langganan presiden. Lah yang menjadi pertanyaan saya ya bagiamana tu pegawai toko langganan tau uang mana yang dipakai bisa aja uang Presiden sendiri. Wah bener-bener jadi kok jadi ajang gosip bukan fakta.

Masih ingat dalam pikiran saya saat dulu ada bencana di Jogjakarta. Saat di sore hari ingin mengupdate informasi apa terbaru tentang kejadian bencana alam, lah kok menemukan yang dalam pikiran saya suatu yang tidak manusiawi. Bayangkan saja hanya untuk mengejar berita seorang wartawan dengan santainya mewawancarai seorang korban bencana alam yang sedang mencari keluarganya yang tertimbun tanpa memperhitungkan perasaan yang diwawancari. Apalagi saat menangis malah di zoom kemukanya. Sungguh terlalu menurut saya.

Berita di Indonesia ini klo diliat dari awal hingga acara berita paling-paling isinya yang memberikan informasi yang berguna itu tidak ada, bagaimana pengembangan iptek yang di peroleh, bagaimana mengatasai suatu masalah tidak ada. Berita di Indonesia hanya menampilkan dari satu sisi saja tidak dari 2 sisi, sehingga berita yang diperoleh kadang tidak berimbang sama sekali.

Apakah jurnalisme itu sekarang hanya untuk mengejar target berita saja, untuk mengalahkan persaingan di dunia pertelevisian sehingga melupakan norma-norma yang ada? Apakah jurnalis sekarang lebih mementingankan berita yang diperolah tanpa memikirkan dampaknya? Klo bisa berita itu memberikan dampak yang bagus jangan hanya negatifnya saja. Jika ada berita kegagalan bagiamana sih mengatasi kegagalan itu, jangan hanya membloup saja ya diberikanlah solusi-solusi dengan mendatangkan pakar-pakar yang ahli dibidangnya.

Saya berharap jurnalisme yang sekarang sudah masuk kedalam dunia Kebebasan Pers ini tidak kebablasan dalam memperoleh kebebasannya. Semoga mereka masih mengingat norma-norma dalam jurnalisme, sehingga mengahasilkan berita yang sehat, tidak dari satu sisi saja melainkan 2 sisi yang berimbang.

No comments:

Post a Comment